Minggu, 02 Oktober 2011

MENUJU KEMENANGAN DENGAN MEMBERI MAAF

Setelah Allah memberikan kesempatan kita bertemu dengan Ramadhan dan bertemu dengan momentum menghapus dosa kita, melalui ibadah puasa kita, sholat malam kita khususnya di sholat malam pada lailatul qodar. Maka, Pasca Ramadhan diharapkan kita memiliki kebesaran jiwa untuk mampu memaafkan dan memutihkan dosa sesama kita. Kemampuan seperti ini, merupakan satu sifat bagi mereka yang akan mendapatkan kemenangan.

Dalam QS Annur 22 :
وَلَا يَأْتَلِ أُوْلُوا الْفَضْلِ مِنكُمْ وَالسَّعَةِ أَن يُؤْتُوا أُوْلِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٢٢-

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah Mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Ayat ini menceritakan teguran Allah Swt kepada sosok Abu Bakar. Yang pertama, sosok digambarkan sebagai orang mempunyai kelebihan , orang yang punya jasa dan kebaikan yang luar biasa, Ulul Fadli. Dan Abu Bakar disebut demikian. Ini alfadli dari sisi agama. Tapi bukan hanya disebut dengan ulul fadli tapi juga orang yang mempunyai kelapangan rejeki (wassa’ah). Tapi orang yang kelebihan seperti ini, ditegur oleh Allah untuk tidak bersumpah dengan atas nama Allah Swt , yakni pada saat Abu Bakar ra bersumpah untuk tidak memberi nafkah kepada kerabat mereka, masakin, muhajirin fi sabilillah. Latar belakangnya adalah ketika Abu Bakar ra, selama ini menjadi orang yang menjamin keluarga besar Misthoh bin Mutstsa , menjamin tempat tinggalnya, kesehariannya selama bertahun tahun.

Pada tahun 6 H saat orang munafik memobilisir kabar bohong tentang Aisyah ra , Misthoh termasuk orang yang terprovokasi oleh media yang dikelola munafik, yang memang mengelola berita tersebut dengan profesional. Dampak berita bohong memang luar biasa, dalam kurun waktu 1 bulan, kesedihan melanda kaum muslimin. Baru setelah Allah memberikan klarifikasinya, yang berarti berita itu bohong, muncullah kemarahan Abu Bakar pada Misthoh dan kemudian bersumpah untuk tidak memberikan santunan kembali kepada Misthoh. Dan melalui ayat tersebut Allah menegur apa yang dikerjakan oleh Abu Bakar dan bukan menegur apa yang dilaksanakan oleh Misthoh. Teguran yang abadi karena termaktub langsung dalam Alqur’an.

Bagi sebagian orang mungkin bisa menerima apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, bertahun tahun memberi santunan tapi dibalas dengan hal yang menyakitkan hati, atau misalnya sudah bolak balik mengadakan Baksos tapi belum menthes juga dengan PKS
Bahkan dalam lanjutan ayat tersebut, setelah ditegur, diminta untuk memaafkan. Memaafkan dalam artian yang sebenarnya. Apa itu memaafkan..asal muasalnya afwan, diibaratkan kalau antum berjalan di pasir yang kering, pasti ada jejak kaki yang tertinggal. Tapi manakala ada tukang sapu yang menghapusnya maka jejak itu pun hilang. Maksudnya, jika ada ucapan atau tindakan yang meninggalkan bekas, maka disebut memaafkan jika menghapusnya dan hilang tidak bersisa, dicari oleh pakar forensikpun tidak ketemu.

Bagi sebagian orang bagaimana mungkin perilaku misthoh bisa dimaafkan, tapi Abu bakar melaksanakan perintah itu dan memaafkan Misythoh. Bagi aktifitas dakwah , tidak ada dendam permanen dan ndak istilah tidak bisa memaafkan. Kesalahan orang dalam diri kita seperti coretan diatas kertas lalu disetip. Yashfahu tidak hanya begitu, lebih dari itu, dibuat jadi bubur kertas dan dijadikan kertas lagi.
Mengubah kertas itu jadi kertas baru lagi, didaur ulang lagi. Abu Bakar diminta membuka hubungan baru dengan Misythoh. Abu Bakar dijanjikan oleh Allah agar Allah mengampuni sumpahnya, hanya dijanjikan. Tapi Abu Bakar sangat mengharapkan janji ampunan tersebut.

Luar biasa, Abu bakar telah melaksanakan ya’fu dan yashfahu. Balaa ya Robb, aku sangat ingin pengampunan mu ya Allah, apapun yang terjadi aku akan tetap menyantuni Misythoh...

Tidak ada kata terlambat untuk menjadikan kita sebagai pribadi sebagaimana yang telah ditampilkan oleh Abu Bakar.